SEKATOJAMBI.COM, KOTA JAMBI – Dampak musim kemarau mulai dirasakan masyarakat Kota Jambi. Penyusutan debit air Sungai Batanghari menyebabkan terganggunya operasional tiga instalasi pengolahan air milik Perumda Air Minum Tirta Mayang Kota Jambi. Akibatnya, sebanyak 12.700 pelanggan terdampak distribusi air bersih.
Tiga intake utama yang terdampak adalah Intake Tanjung Johor, Intake Sijenjang, dan Intake Broni II, yang selama ini menjadi sumber air baku bagi sebagian besar wilayah pelayanan PDAM Tirta Mayang.
Direktur Utama Perumda Tirta Mayang, Dwike Riantara, menyampaikan bahwa Intake Tanjung Johor tidak dapat beroperasi selama delapan jam per hari karena air sungai terlalu surut untuk disedot.
“Kondisi ini mengganggu suplai air bersih ke sekitar 1.200 sambungan rumah. Debit sungai terus menurun, bahkan puncak kemarau belum tiba,” ujar Dwike saat meninjau lokasi, Selasa (8/7/2025).
Sementara itu, Intake Sijenjang hanya mampu beroperasi 50 persen, mempengaruhi pasokan air ke sekitar 6.500 pelanggan. Di sisi lain, Intake Broni II masih berjalan dengan debit 85 persen dari kapasitas normal, berdampak pada sekitar 5.000 sambungan rumah.
Untuk mengatasi krisis ini, PDAM Tirta Mayang melakukan sejumlah langkah cepat, memindahkan titik pompa ke lokasi lebih dalam di Intake Tanjung Johor. Pengerukan lumpur di Intake Sijenjang menggunakan alat berat. Penambahan pompa di titik terdalam Intake Broni II.
“Langkah teknis ini mulai menunjukkan hasil. Kami terus berupaya maksimal menjaga suplai air tetap berjalan,” kata Dwike.
Selain itu, PDAM Tirta Mayang juga menyediakan layanan pengiriman air bersih secara gratis melalui mobil tangki untuk pelanggan terdampak. Masyarakat yang membutuhkan bantuan dapat menghubungi WhatsApp resmi di 0821-2121-9692.
Dwike mengimbau masyarakat untuk mulai menghemat penggunaan air dan menampung air saat distribusi mengalir. Ia menegaskan bahwa gangguan ini murni disebabkan oleh faktor alam, bukan kerusakan teknis.
Berdasarkan informasi dari BMKG Provinsi Jambi, puncak musim kemarau diperkirakan terjadi hingga akhir Agustus 2025, dan musim hujan baru akan datang pada September.
“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Kami berkomitmen menjaga kontinuitas layanan dan terus melakukan pemantauan serta perbaikan teknis di lapangan,” tutup Dwike.