SEKATOJAMBI.COM, KOTA JAMBI – Hidup penuh keterbatasan dijalani Jihan Aulia (18), remaja asal Kelurahan Sijenjang, Kecamatan Jambi Timur. Sejak lahir ia harus berjuang dengan kondisi kesehatan yang berat, hingga kini didiagnosis mengalami gizi buruk, dehidrasi, suspect TBC, dan cerebral palsy.
Kondisi Jihan yang semakin melemah di tengah keterbatasan ekonomi keluarga akhirnya mendapat perhatian Pemerintah Kota Jambi.
Ibunda Jihan, Mazna, tak kuasa menahan air mata saat menceritakan perjuangan anaknya. Jihan lahir normal dengan berat 3,1 kilogram, namun, sempat dirawat dalam inkubator selama 10 hari. Saat balita tubuhnya sehat, tetapi perlahan melemah hingga kini hanya bisa terbaring.
“Biasanya tiap dua jam saya kasih makan dan susu. Tapi sejak ekonomi keluarga memburuk, kebutuhan gizi tidak bisa terpenuhi,” ucap Mazna lirih.
Kesulitan keluarga bertambah karena bantuan sosial yang pernah diterima terhenti sejak lima tahun lalu. “Dulu dapat bantuan dua kali setahun, setelah itu tidak pernah lagi. Saya hanya berharap anak bisa sembuh dan kami bisa buka usaha kecil supaya anak-anak sehat,” tambahnya.
Ia kini dirawat di RS TK III dr. Bratanata Jambi setelah dijemput langsung oleh tim Dinas Sosial Kota Jambi.
Walikota Jambi, Maulana datang menjenguk untuk memastikan penanganan medis berjalan baik. “Alhamdulillah, anak ini sudah ditangani dokter spesialis. Berat badannya naik sekitar 2 kilogram dan perkembangannya terus dipantau. Pemerintah juga menyalurkan bantuan makanan tambahan, dan Puskesmas bersama Dinas Sosial akan rutin memantau gizinya,” ujar Maulana, Selasa (26/8).
Kini, dengan perawatan intensif di rumah sakit dan dukungan pemerintah, ada secercah harapan bagi Jihan untuk pulih. Pemkot Jambi menegaskan akan terus mengawal kasus ini agar tidak ada lagi anak yang terjebak dalam lingkaran gizi buruk.
“Yang penting jangan sampai ada anak di kota Jambi yang gizinya tidak terpenuhi. Kita semua harus peduli,” tegas Walikota Maulana.
Kepala RS TK III dr. Bratanata Jambi, dr. Hadi Zulkarnain, menyebut Jihan kini dirawat intensif dengan pengaturan gizi ketat. “Makanannya kami atur setiap jam agar hasilnya maksimal. Berat badan pasien sudah naik sekitar 2 kilogram,” jelasnya.
Ahmad Fikri Aiman, Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos Kota Jambi mengatakan, kendala bantuan berhenti disebabkan masalah administrasi kependudukan. “Ayahnya dulu karyawan swasta, setelah PHK status KTP tidak diperbarui. Setiap pengajuan bansos tertolak. Data ini sedang kami benahi agar bisa kembali diajukan,” jelasnya. (*)


























