SEKATOJAMBI.COM, JAMBI – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi, Mahbub Daryanto, mengatakan bahwa saat ini di Provinsi Jambi sudah banyak masjid yang bagus dengan bangunan yang indah dan kubah yang megah. Namun, masjid bukan hanya sekadar bangunan yang indah saja, tetapi mestinya bisa menjadi ruang spiritual yang membentuk karakter, menumbuhkan kasih sayang, dan menegakkan peradaban.
“Ini menjadi tantangan kita, bagaimana bisa bergerak bersama membangun masjid yang berdampak dan berdaya. Berdampak artinya dapat memberikan manfaat nyata bagi jamaah dan masyarakat sekitar, dan berdaya artinya membangkitkan potensi umat, menjadikan masjid sebagai sumber energi sosial, spiritual, dan ekonomi,” ujar Kakanwil saat membuka kegiatan Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Bagi Takmir Masjid Untuk Masjid Ramah Anak, Lansia, dan Difabel Tahun 2025, Rabu (14/10/2025), di salah satu hotel di Kota Jambi.
Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, di antaranya penguatan tata kelola masjid yang akuntabel dan profesional, pemberdayaan sumber daya manusia takmir masjid, transformasi fungsi masjid menjadi pusat pemberdayaan dan moderasi, serta inklusivitas masjid ramah anak, lansia, dan difabel.
“Masjid sebagai tempat yang terbuka dan ramah bagi semua, tempat berkumpulnya seluruh lapisan masyarakat. Kita tidak ingin lagi mendengar anak-anak diusir karena dianggap ribut, lansia kesulitan berwudu karena fasilitas tidak memadai, atau difabel yang tidak punya akses untuk masuk ke ruang ibadah. Kita menjadikan masjid yang inklusif. Inklusivitas bukan sekadar fasilitas fisik, tapi cara pandang dan budaya pelayanan. Kita ingin menanamkan nilai bahwa setiap hamba Allah berhak mendapat kenyamanan dan kehormatan di rumah-Nya,” ungkap Kakanwil.
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa masjid itu punya kekuatan. Di samping kekuatan spiritual, juga ada kekuatan lain, yakni kekuatan sosial. Jadi, ini soal bagaimana manajemen masjid, bagaimana takmir masjid membuat perencanaan ke depan, dan apa yang menjadi prioritas. Banyak masjid yang mampu memiliki lembaga pendidikan yang memberikan peran penting dalam membangun generasi agamis. Ini tergantung bagaimana merencanakannya. Juga penting diperhatikan bagaimana manajemen mengelola konflik.
“Mari kita memperbaiki tata kelola masjid pelan-pelan, dan mengurus masjid harus sabar. Ada beberapa masjid di masing-masing kabupaten/kota yang sudah dikelola secara profesional dan inklusif, dan ini bisa menjadi contoh. Peran takmir masjid, terutama Masjid Agung, untuk menjadi pedoman bagi masjid lain, kolaborasi bersama pemerintah daerah, ormas Islam, dan lembaga sosial juga penting dilakukan untuk mewujudkannya,” ajaknya.
“Kita perlu mensosialisasikan bagaimana masjid punya dana abadi, menggerakkan semangat masyarakat sekitar untuk berwakaf uang. Yakinlah Allah akan menggantikan dengan rezeki yang berlipat. Berwakaf semata-mata untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Juga penting untuk sedekah beras yang dikelola di masjid, sebab ini makanan pokok masyarakat kita. Nilai manfaat dari wakaf uang dan beras pastinya akan dirasakan. Manfaat wakaf uang dapat digunakan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Urusan Agama Islam, Fatahuddin, dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan ini adalah sesuatu yang luar biasa. Karena kita tahu masjid adalah simbol kemuliaan untuk umat Islam, dan saat ini banyak hal-hal yang kita rumuskan terkait tentang kemasjidan. Bimtek ini akan memberikan kita ilmu untuk bagaimana mewujudkan masjid yang berdampak dan berdaya. Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, yakni dari Baznas Provinsi Jambi, Biro Kesra Pemprov Jambi, Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Provinsi Jambi, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jambi, dan praktisi ahli disabilitas. Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 40 perwakilan takmir masjid dan Kasi Bimas Islam Kan Kemenag Kab/Kota se-Provinsi Jambi. Kegiatan berlangsung selama dua hari, Rabu-Kamis (14-15/10/2025), dan semoga Allah memberikan keberkahan.


























