SEKATOJAMBI.COM, MUARO JAMBI – Peralihan musim dari kemarau ke hujan memaksa para petani di Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, menyesuaikan strategi tanam. Hamparan jagung yang dulu mendominasi kini perlahan diganti dengan tanaman cabai merah.
Khairul Tamrin, petani Desa Bukit Baling, menyatakan keputusan ini diambil untuk menghindari risiko gagal panen akibat serangan jamur yang tinggi pada musim hujan.
“Jagung mudah terserang jamur saat lembap, hasil turun dan harga ikut jatuh. Jadi kami beralih ke cabai,” katanya.
Selain faktor cuaca, harga jagung pakan yang stagnan mendorong petani mencari alternatif lebih menguntungkan. Cabai dikenal sebagai “emas merah” karena memiliki nilai jual tinggi, terutama menjelang musim perayaan.
Di lahan satu hektare, Khairul menanam bibit cabai dengan target panen Januari–Februari 2026, diperkirakan mencapai 0,5–1 ton per hektare.
Namun, cabai memerlukan perawatan intensif, mulai dari pengairan, pemupukan, hingga pengendalian hama. Serangan kutu daun dan lalat buah menjadi tantangan serius bagi petani. “Cabai itu tanaman manja, sedikit salah rawat bisa gagal panen. Tapi hasilnya juga sepadan,” ujarnya.
Petani berharap pemerintah hadir lebih nyata, tidak hanya menyediakan bibit dan pupuk, tetapi juga memastikan stabilitas harga cabai.
Fluktuasi ekstrem kerap merugikan, di mana harga bisa menyentuh Rp100 ribu per kilogram namun anjlok di bawah Rp20 ribu dalam hitungan minggu. Dukungan irigasi dan pengendalian hama terpadu juga dianggap penting untuk menjaga keberlanjutan produksi.
Perubahan pola tanam di Desa Bukit Baling mencerminkan adaptasi petani menghadapi cuaca dan dinamika pasar. Di tengah awan musim hujan, mereka menaruh harapan pada setiap batang cabai yang tumbuh, demi panen melimpah sekaligus peningkatan kesejahteraan.


























