SEKATOJAMBI.COM, KOTA JAMBI – Warga RT 08 dan RT 27, Kelurahan Eka Jaya, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi, mengambil langkah tak biasa untuk memprotes maraknya aksi pembuangan sampah sembarangan di lingkungan mereka. Sebuah replika kuburan sengaja dibangun dan dipajang di pinggir jalan sebagai simbol peringatan keras kepada siapa saja yang masih nekat membuang sampah di lokasi tersebut.
Aksi ini muncul dari keresahan yang sudah berlangsung cukup lama. Warga setempat menyebutkan, tumpukan sampah liar di kawasan itu bukanlah hal baru. Bahkan, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasinya, mulai dari peringatan lisan, pemasangan spanduk larangan, hingga penjagaan secara bergilir oleh warga. Namun, sayangnya, semua itu tak cukup ampuh membendung perilaku sebagian masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan, terutama pada malam hari.
Replika kuburan itu diletakkan di sudut jalan RT 27, titik yang selama ini menjadi lokasi favorit pembuang sampah. Lokasinya cukup tersembunyi dari pandangan umum, sehingga kerap dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk membuang sampah rumah tangga secara diam-diam.
Ketua RT 08 Eka Jaya, Sugiharto, mengatakan bahwa langkah ini adalah bentuk keprihatinan sekaligus sindiran kepada masyarakat agar sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Ia menyebutkan bahwa tindakan tersebut bukan kali pertama dilakukan oleh warga.
“Dulu kami pernah buat juga replika kuburan seperti ini. Tapi karena waktu sudah lama, bentuknya hilang. Sekarang karena banyak lagi yang buang sampah, kami bangun lagi,” ujar Sugiharto saat ditemui di lokasi, Kamia (31/7/2025).
Menurut Sugiharto, dampak dari tumpukan sampah tersebut tidak bisa dianggap sepele. Selain mencemari lingkungan, sampah-sampah itu juga menimbulkan bau menyengat yang sangat mengganggu kenyamanan warga, terutama yang tinggal di dekat lokasi.
“Bau sampah itu menyebar ke mana-mana, apalagi kalau hujan. Air menggenang dan sampah-sampah itu menyebar ke jalan,” ujarnya lagi.
Ia juga mengungkapkan bahwa warga sebenarnya bukan tidak peduli terhadap masalah ini. Justru mereka sudah jenuh dengan perilaku sebagian masyarakat yang enggan berubah. Sugiharto menyebutkan bahwa warga sempat menyusun jadwal ronda malam hanya untuk memantau siapa saja yang membuang sampah di area tersebut. Namun, karena keterbatasan tenaga dan waktu, upaya itu tidak bisa berlangsung terus-menerus.
Dengan menghadirkan simbol menyerupai kuburan, warga berharap bisa menimbulkan rasa takut, malu, atau setidaknya membuat para pelaku berpikir dua kali sebelum membuang sampah sembarangan.
“Kalau dibilangi tidak mempan, mungkin dengan simbol ini orang jadi mikir. Kuburan itu kan identik dengan kematian. Harapannya mereka merasa nggak enak dan berhenti buang sampah di situ,” tegas Sugiharto.
Ia juga berharap, pemerintah khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi lebih serius dalam menangani permasalahan sampah di lingkungan pemukiman padat. Menurutnya, penambahan fasilitas tempat pembuangan sementara (TPS) yang memadai dan pengawasan dari petugas bisa menjadi solusi yang efektif.
“Warga bukan tidak mau buang sampah ke tempatnya, tapi kadang tempatnya jauh atau tidak ada di sekitar sini. Itu juga jadi alasan kenapa orang buang sembarangan,” katanya. (*)