SEKATOJAMBI.COM, JAKARTA – Indonesia sebagai Lead Country ASEAN Working Group on Forest and Climate Change (AWG-FCC) menekankan kembali bahwa hutan memiliki peran strategis dalam memerangi perubahan iklim. Asia Tenggara sendiri merupakan rumah bagi sekitar 15% hutan tropis dunia. Hal ini menjadikan ASEAN sebagai pemain penting dalam mengatasi perubahan iklim secara global melalui sektor kehutanan.
Selain itu, data juga menunjukkan 45% persen kawasan hutan dunia berada di daerah tropis. Dengan begitu, kawasan ini merupakan salah satu pengatur terpenting iklim regional dan global, penyerap karbon alami, dan penyimpan biomassa terestrial yang paling signifikan. Hal ini juga mempunyai nilai yang sangat besar bagi keanekaragaman hayati, jasa ekosistem, identitas sosial dan budaya, mata pencaharian, serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Hal tersebut disampaikan Delegasi Republik Indonesia (Delri) pada pertemuan ke-20 AWG-FCC yang diselenggarakan secara virtual oleh Malaysia selaku hostnya pada Kamis (16/5/2024). Pada pertemuan tersebut, Delri dipimpin oleh Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional (MS2R) Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wahyu Marjaka.
“Sekali lagi, saya ingin mengingatkan akan dinamika yang semakin kompleks dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim di masa depan. Kita harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini secara komprehensif, dan selalu memupuk semangat persahabatan dan kerja sama di ASEAN,” ujar Wahyu dalam sambutannya, saat sesi pembukaan Pertemuan AWG-FCC ke-20.
Atas nama Pemerintah Republik Indonesia, Wahyu juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh kolega di Negara Anggota ASEAN, Sekretariat ASEAN, dan Organisasi Internasional atas dukungan yang tiada henti selama ini.
“Merupakan kebanggaan bagi kami untuk memimpin AWG-FCC dalam berbagi praktik terbaik dalam mengurangi emisi dan menciptakan kerja sama yang berdampak pada isu-isu baru yang berkaitan dengan hutan dan perubahan iklim,” ungkapnya.
Sejumlah agenda yang dibahas pada pertemuan ini diantaranya pedoman kebijakan regional terkait hutan dan perubahan iklim; hal-hal yang mengemuka pada Pertemuan AWG-FCC ke-19; Rencana aksi kerja sama ASEAN di bidang hutan dan perubahan iklim termasuk laporan progres inisiatif masing-masing negara; perkembangan dari COP28 UNFCCC; dan persiapan untuk COP29 UNFCC.
Pada akhir pertemuan ini diisi presentasi dari program kerja sama di Regional ASEAN seperti ASEAN-German Project on Agritrade, ASEAN-German Climate Action Program, UNREDD Programme, dan RECOFTC.
Pertemuan AWG-FCC ke-20 secara virtual ini dihadiri oleh ASEAN Secretariat dan perwakilan dari 10 negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Untuk pertemuan berikutnya, disepakati Myanmar yang akan bertindak selaku host country.
Tim Redaksi