SEKATOJAMBI.COM, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), melaksanakan refleksi kinerja tahun 2023 di Auditorium Dr. Soedjarwo, Gd. Manggala Wanabakti, Jakarta (28/12/2023). Pada kegiatan ini, sebanyak 13 Pejabat Tinggi Madya unit kerja operasional KLHK memberikan keterangan kepada publik terkait capaian pekerjaan prioritas unit kerja masing-masing pada tahun 2023.

Pada kesempatan ini, Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL), Agus Justianto menyampaikan sejumlah capaian unit kerja yang dipimpinnya kepada publik. Agus menyatakan, pencapaian kinerja Direkotrat Jenderal PHL tahun 2023 sudah sangat baik pasca Pandemi COVID-19.

Agus kemudian menyampaikan sejumlah capaian kinerja antara lain adalah target Luas Penanaman dan Pengkayaan mencapai 428.000 ha dengan pencapaian seluas 667.780 ha atau 156,0%. Produksi Kayu Bulat memiliki target 57 juta m3 dengan pencapaian realisasi sebesar 58,13 Juta m3 atau 101,9.

“Produksi kayu olahan memiliki target 45 juta m3 dengan pencapaiannya adalah sebesar 45,2 juta m3 atau 100,5% dari target. Pencapaian Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebesar 820,2 ribu ton dari target 425 ribu ton atau 193,0%,” imbuh Agus.

Agus kemudian mengungkapkan, nilai PNBP Pemanfaatan Hutan yang memiliki target Rp. 3,233 Trilyun, pencapaiannya adalah sebesar Rp. 2,796 Trilyun atau 86,5%. Nilai Investasi Sektor Kehutanan mencapai 331,1 Juta USD dari Target 107,0 juta USD atau 309,4%. Nilai Ekspor Produk Hasil Hutan memiliki target sebesar 10 Milyar USD dengan Realisasi mencapai 12,85 Milyar USD atau 128,5%. Akses legal masyarakat (Kemitraan Kehutanan) Pada PBPH memiliki target 15.000 ha dengan pencapaian 20.643 ha atau 137,6%.

Selanjutnya, pengendalian karhutla pada PBPH, meliputi sarana prasarana pencegahan karhutla: 234 Unit Menara Api dan Embung air sebanyak 622 Unit. Kegiatan Perlindungan dan Pemulihan Lingkungan Pada PBPH mencapai 10.632,57 ha.

Agus menerangkan, peran kelestarian dalam platform internasional seperti dalam Global Timber Index (GTI), Indonesia adalah yang tertinggi dengan nilai sebesar 55,3 poin, dibandingkan China, Mexico, Gabon, Malaysia, Congo, dan Brazil (GGSC-ITTO, Tahun 2023) termasuk penguatan SVLK melalui diplomasi, kerjasama internasional, promosi, dan penguatan pasar domestik.

Agus kemudian menjelaskan sejumlah kendala yang dihadapi yaitu: (1) Kayu bulat dari hutan alam belum menjadi Premium Goods, sehingga mengakibatkan harganya murah; (2) Menurunnya pasar hasil hutan kayu khususnya hutan alam yang berdampak pada penurunan capaian PNBP (DR); (3) Revisi PP 12 Tahun 2014 tentang Tarif PNBP Iuran PBPH berdasarkan klasifikasi tutupan lahan dan Tarif Wisata Alam pada HL dan HP belum selesai; dan (4) Isu Perdagangan Internasional terkait free deforestation /degradation berdampak pada keberterimaan SVLK/FLEGT di Pasar global.

Namun, Agus juga menerangkan solusi yang diterapkan untuk menyelesaikan kendala tersebut. Menurutnya, solusi inisiatif program dan kegiatan pada tahun 2024 akan dilakukan beberapa hal antara lain: (1) Penetrasi akses pasar baru dalam dan luar negeri; (2) Penyiapan e-Katalog produk hasil hutan; (3) Perlunya Kerjasama antara KLHK dengan PUPR/Otoritas IKN untuk Suplai Kayu dalam pembangunan IKN; dan (4) Kampanye positif dan Diplomasi isu deforestastion/ degradation dalam perdagangan internasional melalui interkonektivitas sistem untuk memperkuat keterlacakan implementasi geo-lokasi.

Berdasarkan capaian kinerja Usaha Kehutanan sesuai periode Renstra Ditjen PHL dan solusi tersebut, Agus menyampaikan forecasting atas pencapaian kinerja usaha kehutanan pada Tahun 2024, meliputi: (1) Forecasting Produksi Kayu Bulat Tahun 2024 diperkirakan produksi kayu bulat sebesar 61.69 Juta m3 atau meningkat ± 5.73% dibandingkan Tahun 2023, dan tetap didominasi oleh Kayu Bulat dari Hutan Tanaman; (2) Forecasting Produksi HHBK Tahun 2024 diperkirakan mencapai 1,32 Juta ton meningkat ±16.71% dibandingkan Tahun 2023; (3) Forecasting Produksi Kayu Olahan Tahun 2024 diperkirakan mencapai 52.71 juta m3 atau meningkat ±4,26% dibandingkan Tahun 2023; dan (4) Forecasting Nilai Ekspor Produk Hasil Hutan Tahun 2024 diperkirakan sebesar 13.71 Juta USD atau meningkat ±6.17% dibandingkan Tahun 2023.

Terakhir, Agus menyampaikan juga tantangan yang akan dihadapi pada tahun mendatang yaitu: (1) Meningkatkan produktivitas kawasan hutan melalui diversifikasi industri pengolahan hasil hutan dalam upaya mendukung multiusaha kehutanan (pangan, energi, obat-obatan dll); (2) Perlu adanya kebijakan pengelolaan hutan yang responsif terhadap Isu Geo-Politic Global; (3) Percepatan Implementasi Multiusaha Kehutanan Pada PBPH dan meningkatkan diversifikasi produk hasil hutan pada PBPHH untuk keberlanjutan usaha kehutanan; (4) Meningkatkan penetrasi pasar hasil hutan di dalam negeri dan luar negeri; (5) Melanjutkan kampanye positif SVLK dan soft diplomacy terkait keterlacakan bahan baku industri, perbaikan kriteria & indikator untuk pemenuhan standar Pasar global; (6) Komunikasi lebih intensif dengan berbagai pemangku kepentingan (multi-pihak) termasuk pelaku usaha dengan mengedepankan keterbukaan, sinergi, kolaborasi dengan prinsip tidak ada masalah yang tidak ada solusinya; dan (7) Semangat yang perlu dikedepankan oleh berbagai komponen bangsa di industri kehutanan dalam menghadapi tahun 2024 adalah maju bersama mencari solusi untuk pembangunan ekonomi Indonesia lebih baik.