SEKATOJAMBI.COM, BATANGHARI – Menanggapi adanya peredaran beras plastik di Kabupaten Batanghari, Tim Dinas Ketahanan Pangan (Hanpan) Provinsi Jambi bersama Dinas Hanpan Batanghari melakukan tinjauan lapangan langsung ke rumah masyarakat.
Hasilnya, tim Dinas Hanpan menemukan beras yang diduga plastik merupakan beras asli. Tim beralasan dari ciri-ciri yang ditemukan menunjukkan kategori beras asli.
Bahkan untuk lebih memastikan secara ilmiah, beras ini telah dikirimkan oleh tim Dinas Hanpan untuk diuji di Laboratorium Saraswati di Bogor, hasilnya akan diketahui 14 hari kedepan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, Ismed Wijaya mengatakan pihaknya melakukan pengawasan keamanan pangan terkait beras di Desa Koto Boyo itu pada Senin (21/5/2025).
“Kesimpulan tim kami itu beras asli dan bukan beras plastik ataupun beras sintetis. Alasannya, karena beras itu bisa dipecahkan, dipatahkan, digigit juga bisa patah, bisa dihancurkan. Sedangkan jika beras itu plastik kan keras,” ujarnya.
Dijelaskan Ismed, beras premium yang dihebohkan hingga masuk ke pemberitaan itu bermerk Rambe dan diproduksi oleh PT. Bumi Asian Agra yang berlokasi di Kota Jambi.
Adapun pelapor beras ini merupakan warga Desa Koto Boyo, Kecamatan Bathin 24, Kabupaten Batanghari bernama Lilis Suryani.
Menurut Ismed, jumlah beras yang dilaporkan oleh Lilis tak terlalu banyak dalam kemasan 1 kilogram. Bukan keseluruhan dalam karung.
“Sekitar seratus butir, namun ibu Lilis ini menyimpulkan bukan padi namun plastik. Tapi saat tim sidak kerumahnya dia malah bilang ini juga bukan beras plastik,” jelasnya.
Dikatakan Ismed dari pengecekan beras yang disebut plastik merupakan campuran beras jenis lainnya. Yang mungkin tercampur waktu di giling saat penggilingan.
“Maklumlah di mesin penggilingan itu kan banyak beras-beras ganti-ganti merek. Juga berasnya jelek jadi tekstur dan bentuknya itu memang ada yang lonjong dan tidak,” sebutnya.
Meski dari ciri-ciri sudah disimpulkan beras asli, pihak Dinas Hanpan akan kembali menguji keasliannya secara ilmiah.
“Kami membawa sampelnya ini ke laboratorium Saraswati di Bogor, hasilnya 14 hari akan keluar,” katanya.
Untuk peredaran beras ini, Ismed menyebut tetap diperjualbelikan di minimarket dan tak pernah ada penarikan.
Tim Redaksi