SEKATOJAMBI.COM, JAMBI – Land clearing pembangunan Kolam Retensi Griya Lingga Permai di kawasan Paal 5 mulai berlangsung.
Pada Selasa (9/12/2025), Walikota Jambi Maulana, turun langsung ke lokasi untuk memastikan proses pembersihan lahan berjalan sesuai rencana. Proyek ini tidak hanya menjadi infrastruktur pengendali banjir, tetapi juga dikonsep sebagai destinasi wisata air terbesar di Kota Jambi.
Di tengah hamparan lahan yang mulai dirapikan alat berat, Maulana menegaskan bahwa penyelesaian administrasi terkait ganti rugi lahan terus difinalisasi. Pemerintah berkomitmen membayarkan seluruh hak masyarakat begitu seluruh berkas dan verifikasi dinyatakan lengkap.
“Proses ganti rugi lahan milik warga sedang berproses. Kalau sudah clear, segera kita bayarkan,” ujarnya.
Setiap akhir tahun, Kota Jambi kerap berhadapan dengan genangan dan banjir di berbagai titik. Curah hujan tinggi di bulan Desember hingga Januari menjadi ancaman rutin bagi warga. Maulana menyebut kolam retensi ini dibangun sebagai jawaban atas persoalan tersebut.
“Bulan-bulan ini biasanya hujan terus-menerus dan menyebabkan banjir di beberapa titik. Dengan kolam retensi ini, kita berharap dapat mengurangi volume air yang masuk ke permukiman,” jelasnya.
Ia menambahkan, aliran air yang mencari titik terendah tak akan mengenal batas bangunan baik rumah, sekolah, maupun tempat usaha. Karena itulah, keberadaan kolam retensi dinilai penting untuk menahan limpasan air sebelum memasuki wilayah padat penduduk.
Kolam Retensi Griya Lingga Permai dirancang sebagai proyek multifungsi. Selain menahan limpasan air, kawasan ini akan disulap menjadi ruang publik yang nyaman, hijau, dan modern. Pemerintah menyiapkan taman kota, jalur pedestrian, ruang kuliner, serta area rekreasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
Secara teknis, kolam retensi ini memiliki luas genangan 83.000 meter persegi dengan kedalaman rata-rata 1,8 meter dan kapasitas tampung 99.600 meter kubik. Total kebutuhan lahannya mencapai sekitar 97.053 meter persegi.
“Kami ingin kawasan ini menjadi destinasi baru di tengah kota. Warga bisa berolahraga, bersantai, dan berwisata tanpa harus keluar kota,” kata Maulana.
Konsep wisata ekologis akan menjadi ciri utama, di mana ruang hijau diperluas agar kawasan tidak hanya berfungsi sebagai pengendali banjir tetapi juga menjadi paru-paru kota.
Pembangunan kolam retensi dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan, dan kenyamanan warga. Pemerintah menegaskan bahwa keseimbangan antara fungsi teknis dan estetika lingkungan tetap menjadi prioritas.
“Kita jaga keseimbangan antara fungsi lingkungan dan estetika kota. Kolam retensi ini bukan hanya untuk menampung air, tapi juga menjadi paru-paru kota,” tutup Maulana.
Selain di Griya Lingga Permai, Pemkot Jambi juga merencanakan pembangunan dua kolam retensi tambahan: Kolam Retensi Lorong Arwah dan Kolam Retensi Kampung Banjir. Ketiganya diharapkan membentuk sistem pengendalian banjir terpadu guna memperkuat ketahanan Kota Jambi terhadap curah hujan ekstrem.


























