SEKATOJAMBI.COM, KOTA JAMBI – Musim kemarau yang melanda Provinsi Jambi berdampak langsung pada kondisi Sungai Batanghari.
Debit air sungai terpanjang di Pulau Sumatera ini mengalami penyusutan drastis.
Akibatnya, sejumlah pulau pasir mulai bermunculan di beberapa titik, termasuk yang paling mencolok di kawasan Penyengat Rendah, Kota Jambi.
Pulau pasir yang muncul tersebut oleh warga sekitar dijuluki “Pantai Aur Duri”, karena terletak tidak jauh dari jembatan Aur Duri, Kecamatan Telanaipura. Fenomena ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, namun di balik keindahannya tersimpan kekhawatiran terhadap kondisi lingkungan dan ketersediaan air bersih.
Setiap sore, kawasan pulau pasir di Penyengat Rendah ramai dikunjungi warga. Mereka datang untuk sekadar berjalan-jalan, bermain, hingga berswafoto di atas hamparan pasir yang kering dan luas.
“Kalau musim kemarau memang sering muncul pulau pasir, tapi tahun ini lebih lebar dan panjang. Seperti pantai di tengah kota,” ujar Arif (39), warga Telanaipura, saat ditemui pada Rabu (23/7).
Surutnya Sungai Batanghari tidak hanya menciptakan pemandangan unik, namun juga berdampak angkutan batu bara jalur sungai. Tongkang sulit melintas karena aliran sungai yang sempit dan dangkal.
Beberapa titik bahkan mengalami pendangkalan total, menyulitkan transportasi air.
“Surutnya Sungai Batanghari tentu memengaruhi kualitas air dan proses pengolahan air bersih,” kata warga lainnya Robi.
Ia menjelaskan bahwa penyusutan debit Sungai Batanghari terjadi akibat kombinasi musim kemarau.
“Ini bukan sekadar pantai musiman, tapi tanda bahwa kita sedang kehilangan sungai secara perlahan,” tegasnya.
Selain itu, pihaknya menyarankan agar fenomena munculnya “Pantai Aur Duri” tetap dipantau dari sisi keselamatan. Apalagi, struktur pasir bisa berubah dan menimbulkan risiko tenggelam bagi masyarakat.
Kemunculan pulau pasir sebenarnya bukan hal baru di Sungai Batanghari.
“Namun dalam beberapa tahun terakhir, luas dan durasi kemunculannya makin panjang,” katanya. (*)