SEKATOJAMBI.COM, MUARO JAMBI – Aktivitas dua perusahaan yang merupakan vendor untuk pembangunan jalan Tol Jambi Seksi 4 atau Tol Tempino-Pijoan, mengakibatkan beberapa rumah warga retak di Desa Simpang Sungai Duren, Kecamatan Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi.

Dua perusahan vendor material tol Jambi, yakni PT Super Beton Prima (SBP) dan PT Agung Beton Persada Utama, beroperasi di RT 04, Desa Simpang Sungai Duren.

Asmadi, warga yang terdampak proyek, menjelaskan persoalan rumah retak tersebut sudah berlangsung sekitar lima bulan.

Namun, hingga saat ini belum ada perbaikan terhadap ruma-rumah yang retak tersebut.

Rumah Asmadi persis berada di depan PT SBP.

Dia menegaskan persoalan rumah retak tersebut tidak ditimbulkan oleh aktivitas Hutama Karya Infrastruktur (HKI) selaku pelaksana pembangunan proyek tol.

“Bukan, ini dari pihak ketiga mereka atau vendor. Itu terjadi waktu awal pembukaan lahan. Jadi mereka pakai alat berat vibro yang bekerja dengan getaran tinggi. Itu sangat terasa getarannya dan jadinya rumah ini mengalami keretakan,” kata Asmadi “.

Asmadi mengatakan persoalan tersebut telah dilaporkan kepada anggota DPRD dan dimediasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi.

Dalam poin kesepakatan dituangkan beberapa keputusan bersama di mana salah satunya menyoal rumah warga yang retak.

Tetapi, menurut Asmadi, dari tiga poin keputusan itu, tidak ada yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan.

“Jadi sempat ada pembicaraan soal rumah retak dan diinventarisir semuanya, tetapi setelah dihitung perusahaan mengatakan terlalu mahal. Kemudian kami minta agar perusahaan yang mencari tukang, tapi tidak ada juga perbaikan,” ungkapnya.

Senada, warga lainnya, Jamaludin mengungkapkan rumahnya yang mengalami retak disebabkan aktivitas PT Agung Beton Persada Utama yang persis di depan rumahnya.

Dia mengatakan warga-warga telah mengingatkan sejak awal agar getaran dari alat berat perusahaan dikurangi, namun tak didengar oleh perusahaan.

“Sudah diperingatkan, jangan terlampau kuat gas itu, tapi enggak peduli juga mereka. Kuat getarannya makanya sampai belah itu,” katanya.

Tak hanya keretakan rumah, Jamaludin mengatakan rumahnya juga digenangi air dan lumpur karena aktivitas perusahaan.

“Jadi lumpur perusahaan itu masuk ke rumah, sejak saya protes baru ada perbaikan,” katanya.

Warga lainnya, Sonia ikut bersuara bahwa rumahnya juga ikut terdampak.

Rumahnya mengalami keretakan dan dia menyebut getaran dari alat berat tersebut sangat terasa.

“Harapannya rumah retak ini bisa diganti rugi,” katanya.

Lokasi PT SBP dan PT Agung Beton Persada Utama berdekatan.

Rumah-rumah yang mengalami retak adalah rumah yang berada di depan lokasi perusahaan vendor material jalan tol tersebut.

Awalnya, keretakan rumah warga ini diungkapkan oleh Kepala Desa Simpang Sungai Duren, Yusnadi.

Dia menerangkan ada sekitar 8-10 rumah warganya yang terdampak.

“Sekitar 8 sampai 10 rumah di RT 04 itu mengalami retak,” katanya.

Andi Lim, selaku pihak PT SBP enggan dikonfirmasi terkait persoalan tersebut. Andi mengatakan persoalan itu sebelumnya sudah pernah dibicarakan. Namun ia tak menjelaskan sejauh mana penyelesaian dari pihak perusahaannya.

“Setau sy pada saat bbrp bulan lalu sudah ada pembicaraan dan clear antara masing” perusahaan dan warga..untuk lbh jelas bisa dgn humas kami di jambi,pak eben pic disana”.

Demikian tulis Andi Lim via aplikasi WhatsApp.

Sementara itu, pihak PT Agung Beton Persada Utama saat dikonfirmasi belum merespons hingga berita ini ditayangkan.

Sebelumnya, Kepala Desa Simpang Sungai Duren, Yusnadi, menuturkan masyarakat menjadi susah beraktivitas karena jalan rusak parah, ditambah debu akibat aktivitas kendaraan.

Sebelum proyek tol ada, jalan yang berstatus jalan provinsi itu masih layak dilalui.

Kini, kondisinya rusak parah karena intensitas mobil proyek tol bermuatan berat yang melintas sangat tinggi.

“Ini kan jalan provinsi, yang bisanya dilalui mobil kapasitas 8 ton. Sementara mobil proyek itu saya perkirakan mencapai 40 ton, sehingga jalan rusak parah,” kata Yusnadi, saat ditemui di kantornya, Jumat (27/12).

Dia mengungkapkan banyak warga yang menyampaikan keluhan kepadanya.

Bahkan, beberapa rumah warga pun terdampak akibat kendaraan besar proyek tersebut.

“Ada sekitar 12 rumah yang mengalami retak di RT 04, karena aktivitas mobil proyek itu. Rumah-rumah itu berada di pinggir jalan,” ungkapnya.

“Selain itu, warga juga terdampak debu dan jalan rusak, berlubang apalagi musim hujan,” kata Yusnadi.