SEKATOJAMBI.COM, MUARO JAMBI – SELAMA enam hari, sebanyak 60 perempuan Suku Anak Dalam (SAD) Batin Sembilan menjadit
1.700 pembalut kain.
Beranda Perempuan bersama Biyung Indonesia mengadakan workshop kesehatan reproduksi dan jahit pembalut kain bagi perempuan Suku Anak Dalam Batin Sembilan di Desa Tanjung Lebar, Kabupaten Muaro Jambi, Jumat (10/1/2025).
Gerakan yang dikenal dengan jargon “Perempuan Bantu Perempuan” ini telah dimulai sejak 2021.
Ada sekira 1.700 lembar pembalut kain yang dijahit oleh 50 perempuan di Desa Pulau Raman, Kabupaten Batanghari.
Gerakan ini telah berhasil melahirkan organisasi perempuan yang menjalankan usaha-mandiri produksi di Pulau Raman.
Beranda Perempuan dan Biyung Indonesia kembali berkolaborasi dengan memperluas jangkauan di Komunitas Perempuan SAD Batin sembilan.
Sasaran kegiatan dilakukan di komunitas marginal perempuan SAD Batin Sembilan.
Dasarnya, mereka tidak memiliki akses informasi mengenai kesehatan reproduksi, tidak memiliki tenaga bidan dan layanan puskemas di desa.
Kegiatan ini dapat terlaksana karena adanya dukungan dari donatur yaitu LSHK Tolaram Foundation, sebuah organisasi filantropi yang menyediakan akses layanan kesehatan, pendidikan, dan pelatihan keterampilan untuk masyarakat yang kurang beruntung dan juga donatur individu yang berkontribusi melalui panggilan donasi Period Sister yang diadakan di media sosial Beranda Perempuan dan Biyung sejak 3 bulan lalu.
Kegiatan Workshop ini melibatkan sekitar 60 perempuan SAD Batin Sembilan dan perempuan petani.
Mereka dibekali keterampilan menjahit pembalut kain, sekaligus mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya pemenuhan hak atas kesehatan reproduksi ditempat tinggal mereka.
Sebanyak 60 perempuan SAD Batin Sembilan menjahit sekitar 1.000 lembar pembalut kain selama tiga minggu.
Hasil produksi pembalut ini akan mereka gunakan sendiri dan juga dibagikan bagi perempuan miskin yang membutuhkan.
Kata Ani Safitri, fasilitator Beranda perempuan, “Gerakan jahit pembalut ini adalah media perempuan untuk berani menyuarakan tuntutan hak atas kesehatan reproduksi yang selama ini dianggap tidak penting, padahal sejak tahun 2020-2023 setiap tahun 1 orang bayi meninggal dunia disini,”.
Selain itu, Workshop jahit pembalut kain ini juga mengajak perempuan SAD Batin sembilan untuk mengembalikan ingatan kolektif mereka pada praktik kearifan nenek moyang mereka dalam menjaga kesehatan menstruasi yang bergantung dari sumber daya hutan.
Di masa lalu, perempuan SAD menggunakan kulit kayu terap diikat dengan kain sebagai pembalut.
Generasi selanjutnya mengunakan handuk.
Namun, kebiasaan ini mulai ditinggalkan, sejak penjualan pembalut sekali pakai marak dijual di desa mereka.
Pembalut plastik sekali pakai yang beredar di pasar mengandung bahan kimia yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi perempuan.
Gerakan jahit 1.000 pembalut kain ini akan bergulir, menumbuhkan solidaritas berjuang bagi perempuan SAD Batin Sembilan dan perempuan desa untuk bersama-sama menjaga sungai, air dari pencemaran sampah plastik dari pembalut sekali pakai.
Ini sekaligus menjadi gelombang gerakan untuk melindungi kawasan hutan adat mereka dari industri ekstraktif yang telah menghilangkan beragam tanaman obat-obatan yang dibutuhkan bagi kesehatan tubuh perempuan.
Tim Redaksi