Jambi – Polemik batubara yang ada di Provinsi jambi Sampai saat ini masih belum teratasi, khususnya yang ada di kabupaten Batanghari,  berbagai macam cara Pemerintah Provinsi maupun kabupaten Yang tergabung untuk mencari solusi mengurainya ,tetap juga masih menimbulkan kegaduhan yang Berkepanjangan.

Timbulnya kemacetan dijalan Nasional dampak negatif dari julukan si Mutiara hitam tersebut.

Si Mutiara hitam sampai saat ini masih menjadi buah bibir dikalangan masyarakat luas khususnya Para Penguna jalan.

Tapi jangan heran, dibalik kegaduhan Masyarakat yang ada, Permasalahan batubara ini juga sering di Manfaatkan oleh segelintir ‘oknum-oknum  yang tidak bertanggung jawab dengan bermacam cara demi untuk mencari Pundi-Pundi rupiah.

Berbagai macam cara yang dilakukan oleh oknum atau sekelompok orang tersebut untuk Mendapatkan Rupiah, dengan cara meminta-minta uang terhadap Para sopir angkutan batubara, dengan alasan berbagai macam dalil, demi meraup keuntungan Pribadi.

” HS (45) yang enggan disebutkan nama dan identitasnya ( salah satu sopir angkutan truck batubara) saat ditemui awak media Jum’at , 07/05/23 .mengutarakan keluh kesah yang dirasakannya selama ini, ” kami Para sopir untuk menyisikan hasil upah kami  berkisar Ratusan ribu Rupiah untuk di Perjalanan sampai ke tujuan (talang duku).

‘ Dengan banyaknya  orang atau Puluhan kelompok yg meminta-minta di sepanjang jalan  dengan berbagai macam alasan membuat saya dan teman-teman menjadi  sangat resah.

Apalagi waktu malam tiba, saat  sedang melintas di wilayah jembatan desa koto boyo arah tambang , ada beberapa kelompok orang yang berdiri disana, kalau tak di beri mereka Pakai sepeda motor kejar mobil kami ,di Patokan Rp.5.000 atau Rp. 10.000 Permobil ,dan kaca mobil digedor-gedor jika kami tak memberi, Ya terpaksa lah kami kasih demi keamanan  dan keselamatan kami , entah dari warga mana mereka berdomisili.” jelas hs.

Hs’  juga menyampaikan,” Kami mengeluarkan uang kurang lebih Rp 50.000 ribu masuk dan keluarnya dari desa koto boyo karena itu wilayah tambang , ada beberapa titik pungutan, dan ada juga yang memakai karcis dengan nominal 10.000 wajib , itu dari desa setempat karena sudah menjadi kesepakatan , belum lagi di tempat lainnya.

jadi berapa lagi yang kami bawa pulang untuk menafkahi keluarga dan anak kami, kami mohon kepada Penegak hukum untuk mendengarkan keluhan kami Para sopir, tolong di tindak tegas, kami juga manusia yang tak lepas dari kehilapan jika kami salah di jalan” Tutup ‘hs

“Saat awak media ingin mengklarifikasi Permasalahan ini di lapangan”  memang terlihat jelas ada beberapa titik lokasi warga yang lagi mengambil Pungutan dari Para sopir.

dan awak media menghampiri  salah satu titik Pos Pungutan , ” helmi warga setempat yang juga sebagai Wakil kepengurusan memaparkan, ” bahwa pungutan di sini resmi, dan saya pun tidak memakan gaji di sini, kita Pakai karcis, sudah ada kesepakatan bersama satu bulan yg lalu, sudah di setujui dari semua instansi termasuk Pihak yang berwajib.

Ini danahnya kita bagi ke masyarakat Sesuai karcis yang habis, Per KK satu bulan sekali kita keluarkan bagi rata , termasuk gaji kepengurusan.   3 % untuk biaya yg tak terdugah, baru berjalan satu bulan, kita 24 jam stanbay, untuk sore ini karcis yang habis berjumlah 1000 dengan nominal Rp 10.0000.000. di Jam 15.00 wib. “Jelas helmi

Saat awak media ingin menemui Kepala Desa , sayangnya Kepala desa  tidak berada drumah , lagi dikebun ungkap istri kepala desa.

Dan di tempat terpisah melalui via telpon/wa Camat bhatin XXlV , mengungkapkan bahwa dia tidak mengetahui Permasalahan itu “Maaf kalau masalah Itu Langsung ke kepala desa bang, “nanti saya salah Penjelasan” ” Tutup Camat.