KUALATUNGKAL – Sejak akhir tahun 2022, hingga hampir pertengahan tahun 2023 ini. harga komoditi Pinang secara berangsur-angsur merosot ke harga terendah dan hampir menyentuh titik harga terendah.

Padahal, saat jaya jayanya,  Harga pinang yang sebelumnya sempat menyentuh angka Rp 19.000 sampai Rp20.000 per kilonya kini hanya dihargai se Harga kisaran  Rp 3.000-Rp 4.000 perkilonya. Harga tersebut bervariasi sesuai kondisi Pinang.

Hal ini membuat ribuan petani di Tanjabbar mulai menjerit apalagi saat ini bulan ramadhan. Karena keutungan yang didapat menjadi sangat sedikit dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

” Harga pinang hari ke hari sejak beberapa bulan terakhir terus merosot. Biaya yang harus dikeluarkan saat panen dengan nilai jual hitungannya merugi,” keluh Teguh, petani pinang di Kecamatan Senyerang.

Belum lagi saat ini tanaman pinang sedang musim trek, sehingga buahnya pun sedikit.

“Kami berharap pemerintah daerah maupun pusat dapat mencari solusi agar harga kembali normal. Kalau kami ini gak ngerti apa-apa, saat ini bulan ramadhan, pengeluaran tentu lebih banyak, ” sambungnya.

Sementara itu, Bowo yang juga petani pinang yang juga asal kecamatan Senyerang,Desa Lumahan mengatakan hal yang sama, kata dia, harga pinang yang kualitas bagus berharga 4.000 perkilo.

“4 ribu itu, untuk kualitas pinang yang sangat bagus, kita tidak berani ngupahkan karena jika termasuk upah cungkil dan belah nya yang perkilonya Rp 2.000 per kilonya, jadi kita cuma dapat Rp 2.000, ” tuturnya.