Dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Provinsi Nusa Tenggara Timur, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkunjung ke Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat untuk meluncurkan Pemanfaatan Sarana Prasarana Wisata Alam Loh Buaya, Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo untuk edukasi, interpretasi, wisata alam dan riset pada hari Kamis (2/2).

Ini menindak-lanjuti peresmian TN Komodo sebagai Destinasi Wisata Super Prioritas oleh Presiden Joko Widodo bulan Juni 2022. Sarana dibangun sepenuhnya oleh Kementerian PUPR di Pulau Rinca yaitu infrastruktur berstandar internasional dan ramah lingkungan.

Sarana prasarana edukasi dan interpretasi meliputi kompleks area Komodo Information Center yang diberi nama “Niang Komodo” dan infrastruktur pendukungnya, antara lain jalan jerambah (elevated deck), penginapan (untuk ranger, peneliti dan pemandu wisata), pos istirahat, pos jaga/ticketing, SPAM jaringan air minum, reservoir, dermaga dan pengaman pantai.

Menteri Siti menyampaikan bahwa pengembangan TN Komodo sebagai salah satu Destinasi Parawisata Super Prioritas (DPSP) telah menempuh jalan panjang sejak Pertengahan 2016. Dan tentu saja juga upaya sebelumnya The New SeVen Wonder.

Kita juga tahu bahwa Taman Nasional Komodo ini juga merupakan World Heritage. Arahan langsung dan teknis lapangan diberikan oleh Presiden pada banyak kunjungan kerja lapangan kepada berbagai Kementerian terkait selain KLHK, seperti PUPR, Kemenhub, Kemenparekraf, dan bahkan BNPB, Basarnas dan lain-lain.

KLHK terus melakukan eksplorasi langkah terpadu dengan pendekatan persyaratan dalam suatu rencana penggunaan lahan (land use) yaitu: persyaratan teknis wisata, persyaratan manajemen, dan persyaratan konservasi.

“Saya sangat bersyukur kita sampai pada fase ini sekarang untuk wisata premium Pulau Komodo. Ini semua atas kerja keras semua pihak, pemerintah, Pemda dan masyarakat, para tokoh dan pelaku jasa wisata. Dukungan politis juga sangat penting dalam upaya ini. Terima kasih untuk itu semua” kata Menteri Siti.

Kedepan, masih ada hal-hal yang sangat penting harus dieksplorasi, termasuk upaya mengoptimalkan posisi TN Komodo sebagai Warisan Dunia UNESCO. Selain itu, harus juga diupayakan agar kawasan konservasi dapat bermanfaat untuk menjadi pusat-pusat pertumbuhan.

Diharapkan pemanfaatan sarana prasarana wisata alam di Pulau Rinca dapat menggaungkan bentuk ketegasan dan keseriusan Pemerintah Indonesia dalam mempertahankan kelestarian lingkungan di mata dunia. Sarana prasarana wisata alam Loh Buaya ini agar bermanfaat secara fungsional.

“Saya berterima kasih kepada seluruh anggota masyarakat, kepada Pater Marsel, Deny dan Achmad (Komodo Survival Program), kepada para ranger, masyarakat adat yang hidup di dalam Taman Nasional Komodo yang selalu kita jaga dan menjaga kita, Pemerintah Daerah, dan tentunya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kita akan eksplorasi hal-hal yang lebih baik lagi. Semoga kedepan akan menjadi lebih baik dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat,” pungkas Menteri Siti.

Turut serta dalam kunjungan tersebut, Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, Kepala BRGM, Direktur Jenderal PHL, Direktur Jenderal PDASRH, Direktur Jenderal PPKL, Direktur Jenderal Gakkum, Plt. Direktur Jenderal PKTL, Pejabat Tinggi Madya dan Pratama KLHK lainnya, Penasihat Senior Menteri, Staf Khusus Menteri, Tenaga Ahli Menteri, Kepala UPT KLHK di Provinsi NTT, perwakilan mahasiswa, dan undangan.